Saturday 11 April 2009

ILMU KALAM

A.Pengertian dan Lingkup Ilmu Kalam

Ilmu kalam berasal dari bahasa arab yaitu ‘ilm al-kalam. ‘ilm (ilmu) dan kalam (kata-kata/ pembicaraan). Dalam buku “Ilmu Kalam” karangan Abdul Rozak dan Rosihan Anwar disebutkan definisi Ilmu Kalam yaitu: ilmu yang membahas berbagai masalah ketuhanan dengan menggunakan argumentasi logika atau filsafat. Dengan redaksi yang berbeda dalam buku “Ilmu Tauhid” yang ditulis oleh H.M Yusran Asmuni disebutkan dinamakan Ilmu kalam karena dalam pembahasannya mengenai eksistensi Tuhan dan hal-hal yang berhubungan dengan-Nya digunakan argumentasi-argumentasi filosofis dengan menggunakan logika/ mantic.
Ilmu kalam sendiri mempunyai beberapa istilah yaitu: Ilmu Aqidah, Ilmu Tauhid,dan Ilmu Ushuluddin.dinamakan Ilmu Aqidah karena obyek pembicaraanya tentang kepercayaan Islam. Ilmu kalam dinamakan juga Ilmu Tauhid karena pokok bahasannya dititikberatkan kepada keesaan Allah SWT. Ilmu ini dinamakan pula Ilmu Ushuluddin karena obyek bahasan utamanya adalah dasar-dasar/ prinsip-prinsip agama yang merupakan masalah essensial dalam ajaran Islam. Meskipun nama yang diberikan berbeda, namun inti pokok pembahasannya sama yaitu wujud Allah SWT dan hal-hal yang berkaitan dengan-Nya. Namun sebagian Teolog membedakan antara Ilmu kalam dan Ilmu Tauhid karena menurut mereka Ilmu kalam lebih dikonsentrasikan pada penguasaan logika.
Secara lebih rinci Prof.Dr.T.M. Hasbi ash-Shiddieqy menyebutkan beberapa alasan mengapa ilmu ini disebut Ilmu Kalam, yaitu:
1.Problema yang diperselisihkan para ulama dalam ilmu ini yang menyebabakan umat Islam terpecah kedalam beberapa golongan adalah masalah Kalam Allah atau Al-Qur’an; apakah ia diciptakan (makhluk) atau tidak (qadim).
2.Materi-materi ilmu ini adalah teori-teori (kalam); tidak ada diantaranya yang diwujudkan ke dalam kenyataan atau di amalkan dengan anggota.
3.Ilmu ini, di dalam menerangkan cara atau jalan menetapkan dalil pokok-pokok akidah serupa dengan Ilmu mantik,
4.Ulama-ulama Mutaakhirin membicarakan di dalam ilmu ini hal-hal yang tidak dibicarakan oleh ulama salaf, serperti pentakwilan ayat-ayat mutasyabihat, pembahasan tentang pengertian qadha’, kalam, dan lain-lain.

Upaya memahami kerangka berpikir dan proses pengambilan keputusan para ulama aliran teologi dalam menyelesaikan persoalan-persoalan kalam pada dasarnya merupakan kajian aliran-aliran ilmu kalam. Perbedaan pendapat dalam hal pengambilan kesimpulan dalam mengkaji suatu objek tertentu merupakan hal yang biasa, Waliyullah Ad-Dahlawi pernah mengatakan bahwa bahwa para sahabat dan Tabi’in biasa berbeda pendapat dalam masalah tertentu, pemicunya tidak lain adalah sebagian sahabat mendengar ketentuan hukum yang diputuskan Nabi sedangkan yang lain tidak mendengar. Dari sinilah yang kemudian terjadi perbedaan dalam memutuskan suatu ketentuan hukum. Berbeda dengan apa yang disampaikan Umar Sulaiman Asy-Syaqar, menurutnya yang menjadi pemicu terjadinya perbedaan pendapat adalah objek keputusan. Dan tiga persoalan yang menjadi objek perbedaan pendapat, yaitu persoalan keyakinan (aqa’id), persoalan syariah dan persoalan politik.
Secara garis besar perbedaan metode berpikir dikategorikan menjadi dua, yaitu kerangaka berpikir rasional dan kerangka berpikir tradisional. Aliran teologi yang sering-sering disebut cara berpikir teologi rasional adalah Mu’tazilah, dikenal sebagai aliran yang bersifat rasional dan liberal. Sedangkan Asy’ariyah disebut memiliki metode berpikir trasdisional.
Ada juga pengkategorian akibat adanya perbedaan kerangka berpikir dalam menyelesaikan persoalan-persoalan kalam:
1.Aliran Antroposentris
Orang yang tergolong dalam kelompok ini berpandangan negatif terhadap dunia karena menganggap keselamatan dirinya bergantung pada kemampuannya untuk membuang semua hasrat dan keinginannya. Dan ketakwannya diorientasikan terhadap praktek-praktek pertapaan dan konsep-konsep magis. Aliran teologi yang termasuk dalam kategori ini adalah Qadariyah, Mu’tazilah, dan Syi’ah.
2.Aliran Teosentris
Manusia teosentris adalah manusia yang statis karena sering terjebak dalam kepasrahan mutlak kepada Tuhan. Sikap kepasrahan menjadikan ia tidak mempunyai pilihan. Baginya, segala perbuatannya pada hakikatnya adalah aktivitas Tuhan. Aliran ini menganggap daya yang menjadi potensi perbuatan baik atau jahat manusia bisa datang sewaktu-waktu dari Tuhan. Aliran teologi yang termasuk dalam kategori ini adalah Jabbariyah.
3.Aliran Konvergensi atau Sintesis
Aliran ini berkeyakinan bahwa hakikat daya manusia merupakan proses kerja sama antara daya yang transendental (Tuhan) dalam bentuk kebijaksanaan dan daya temporal (manusia) dalam bentuk teknis. Sehingga suatu peristiwa pada dirinya, dan ia sendiri telah berusaha melakukannya, maka pada dasarnya kerja sama harmonis antara daya transcendental dan daya temporal, konsekuensinya manusia akan memperoleh pahala atau siksaan sebanyak andi temporalnya dalam mengaktulisasikan peristiwa tertentu. Dan Aliran teologi yang termasuk dalam kategori ini adalah Asy’ariyah.
4.Aliran Nihilis
Aliran ini menolak Tuhan yang mutlak. Manusia hanyalah bintik kecil dari aktivitas mekanisme dalam suatu masyarakat yang serba kebetulan. Kekuatan terletak pada kecerdikan diri manusia sendiri sehingga mampu melakukan yang terbaik dari tawaran yang terburuk.

Ilmu Kalam dan Ilmu Filsafat mempunyai kemiripan objek. Objek kajian Ilmu Kalam adalah ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan-Nya, sedangkan Ilmu filsafat yaitu masalah ketuhanan disamping masalah alam, manusia dan segala sesuatu yang ada. Jadi dilihat dari aspek objeknya keduanya membahas masalah yang berkaitan dengan masalah ketuhanan. Keduany memiliki urusan yang sama yaitu kebenaran. Ilmu kalam dengan metodenya sendiri mencoba mencari kebenaran tentang Tuhan, dan filsafat dengan wataknya sendiri berusaha menghampiri kebenaran. Dalm pertumbuhannya ilmu kalam (teologi) berkembang menjadi teologi rasional dan teologi tradisional, sedangkan filsafat berkembang menjadi sains dan filsafat sendiri. Sains berkembang menjadi sains kealaman,social dan humaniora; sedangkan filsafat berkembang lagi menjadi filsafat klasik, pertengahan dan modern.dilihat dari aspek manfaat Ilmu Kalam –di antaranya- berperan sebagai ilmu yang mengajak orang yang baru untuk mengenal rasio sebagai upaya mengenal Tuhan secara rasional. Dan Filsafat , lebih berperan sebagai ilmu yang mengajak kepada orang yang mempunyai rasio secara prima untuk mengenal Tuhan secara lebih bebas melalui pengamatan dan kajian alam dan ekosistemnya langsung.


Referensi:
Asmuni, Yusran. 1996. Ilmu Tauhid, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
Nasir, Sahilun A. 1996. Pengantar Ilmu Kalam, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
Nasution, Harun. 1972. Teologi Islam; Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, UI Press, Jakarta
Rozak, Abdul dan Rosihan Anwar. Pustaka Setia
Zainuddin, H. 1996. Ilmu Tauhid Lengkap, PT Rineka, Jakarta